Ambisi Zuckerberg dan Meta dalam Dunia AI
Persaingan dalam dunia kecerdasan buatan (AI) semakin panas. Setelah OpenAI, Google DeepMind, dan Anthropic mendominasi pembicaraan, kini giliran Meta perusahaan induk Facebook, Instagram, dan WhatsApp yang tampil agresif. Mark Zuckerberg, CEO Meta, mengumumkan rencana besar: membangun data center superbesar, bahkan seluas Kota Manhattan, untuk mengejar ketertinggalannya dalam pengembangan AI.
Zuckerberg tak main-main. Ia menggelontorkan investasi masif dan berencana membangun infrastruktur superkomputer AI bernama Prometheus dan Hyperion. Proyek ini akan menjadi jantung dari Meta Superintelligence Labs, divisi baru yang didedikasikan khusus untuk riset dan pengembangan AI tingkat lanjut.
Apa Itu Supercluster Data Center dan Kenapa Sepenting Itu?
Supercluster adalah kumpulan server berkapasitas besar yang saling terhubung untuk menjalankan pemrosesan AI skala besar secara paralel. Dibutuhkan daya listrik yang luar biasa besar, pendinginan canggih, dan konektivitas ultra-cepat.
Data center jenis ini digunakan untuk melatih model AI berukuran besar seperti Llama, GPT, Gemini, atau Claude. Semakin besar dan kompleks modelnya, semakin besar pula infrastruktur yang dibutuhkan. Itulah sebabnya Meta memutuskan membangun data center dengan kapasitas hingga 5 gigawatt cukup besar untuk memenuhi kebutuhan energi jutaan rumah tangga.
Proyek Prometheus dan Hyperion: Dua Pilar Infrastruktur AI Meta
Meta memulai proyek Prometheus di Ohio, Amerika Serikat. Fasilitas ini diproyeksikan mulai beroperasi pada 2026 dengan kapasitas sekitar 1 GW. Tak lama kemudian, proyek Hyperion diluncurkan di Louisiana, yang dirancang bisa menampung hingga 5 GW dalam jangka panjang.
Menariknya, Meta menggunakan struktur tenda besar sebagai tempat instalasi awal GPU dan server sebelum bangunan utama selesai. Metode ini memungkinkan pembangunan berjalan lebih cepat—jauh melampaui kecepatan konstruksi konvensional.
Dengan pendekatan ini, Meta berharap bisa mengejar bahkan melampaui para pesaingnya, yang saat ini sudah lebih dulu meluncurkan model AI canggih dan teruji.
Mengapa Meta Mengejar Ketertinggalan?
Meta sebelumnya dikenal lewat proyek open-source seperti Llama, tapi belum mampu menyaingi popularitas GPT dari OpenAI atau Gemini dari Google. Zuckerberg menyadari bahwa AI bukan sekadar perlombaan model, tapi juga perlombaan infrastruktur dan talenta.
Dengan mempercepat pembangunan supercluster dan memperbesar investasi di bidang AI, Meta ingin menjadikan dirinya pemain utama dalam persaingan AI generatif dan super-intelligence. Dalam beberapa wawancara, Zuckerberg mengungkapkan bahwa mereka telah membentuk tim “AI-first company” dan siap mengejar “superintelligence” dalam lima tahun ke depan.
Investasi Gila-gilaan: Antara Visi dan Risiko
Pada tahun 2025, Meta menaikkan belanja modalnya menjadi US$64–72 miliar, jauh lebih tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya. Dana ini akan digunakan untuk pembangunan data center, pengadaan chip GPU, pengembangan model AI, serta pengembangan energi hijau untuk menopang operasional data center.
Namun, keputusan ini bukan tanpa risiko. Selain biaya yang luar biasa besar, Meta juga menghadapi tantangan energi, isu lingkungan, serta ketatnya regulasi di beberapa negara bagian.
Tenda Raksasa: Strategi Unik di Tengah Perlombaan
Penggunaan tenda raksasa sebagai struktur sementara menjadi kejutan. Di Ohio, Meta menggunakan tenda berpendingin industri sebagai tempat instalasi awal server Nvidia dan sistem pendingin. Di Louisiana, mereka mengambil pendekatan berbeda dengan membangun fasilitas permanen langsung.
Tenda ini bukan solusi permanen, tetapi menjadi cara tercepat untuk men-deploy ribuan GPU dalam waktu singkat. Keputusan ini menunjukkan bahwa Meta memprioritaskan kecepatan sebagai senjata utama dalam mengejar dominasi AI.
Energi: Masalah Besar di Balik Data Center
Data center AI memerlukan daya luar biasa besar. Untuk itu, Meta menjalin kerja sama dengan berbagai penyedia energi, termasuk gas alam, tenaga surya, angin, dan bahkan dukungan dari reaktor nuklir kecil sebagai cadangan. Ini menimbulkan kekhawatiran soal dampak lingkungan dan kebutuhan pasokan listrik jangka panjang.
Namun, Meta mengklaim mereka akan menjalankan operasional dengan pendekatan ramah lingkungan, termasuk penggunaan teknologi pendinginan efisien dan sistem manajemen daya pintar.
Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Kita berada di era di mana data center bukan lagi sekadar fasilitas pendukung, melainkan menjadi jantung dari seluruh transformasi digital. Meta menunjukkan bahwa siapapun yang ingin unggul di dunia AI harus memiliki infrastruktur berskala raksasa.
Bagi perusahaan dan institusi, ini adalah sinyal kuat bahwa investasi di bidang TI tidak lagi bisa ditunda. Siapa yang lambat, akan tertinggal. Bahkan raksasa seperti Meta pun harus berlari kencang untuk mengejar posisi di barisan depan teknologi masa depan.
Kesimpulan: Perang AI Menyentuh Langit
Pembangunan data center Meta yang setara luas Manhattan bukan hanya tentang mengejar OpenAI, tapi juga tentang mengubah wajah industri teknologi global. Mark Zuckerberg telah menetapkan arah baru yang menempatkan infrastruktur, efisiensi, dan kecepatan sebagai inti strategi.
Dengan langkah ini, Meta tidak hanya membangun data center mereka sedang membangun masa depan. Dunia bisnis dan institusi perlu melihat ini sebagai panggilan untuk segera memperkuat fondasi digitalnya.
Siap Hadapi Revolusi Digital Bersama General Solusindo
Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan kebutuhan akan sistem TI yang andal, General Solusindo hadir sebagai mitra terpercaya. Kami menyediakan berbagai layanan IT Support mulai dari:
- Instalasi jaringan dan sistem
- Konfigurasi dan virtualisasi server
- Maintenance, perbaikan, dan pengujian sistem
Dengan tenaga ahli profesional dan pengalaman panjang di bidang IT, General Solusindo siap membantu perusahaan Anda membangun infrastruktur yang kokoh dan scalable.